Huh, melelahkan ketika saya baru selesai berobat di Rumah Sakit Negeri…yang bikin melelahkan the bukan karena cape fisik. Tapi karena pelayanan dari Rumah Sakit yang ber-title rumah sakit “negeri” ini yang tidak pro ama masyarakat yang jelas-jelas pemilik negeri ini, dalam artian tidak mengayomi dengan benar. Tidak memiliki sifat yang emang seharusnya manusia miliki. Karena menurut Saya 3 hal, senyum, sapa, dan santun. Merupakan pelajaran dasar yang sekarang harusnya semua orang tau. Karena Mata pelajaran PPKN udah termasuk dlm program yang ada dalam Wajar(Wajib belajar) 9 tahun. Dan Saya tambah yakin untuk semua bagian administrasi yang notabene harus bisa mengoperasikan sebuah komputer, termasuk dalam orang yang sudah melewati “Wajar itu”. Mereka tau gak ya, udah banyak rumah sakit di luar Indonesia sana, yang mengandalkan juga faktor non medic dalam penyembuhannya. Yaitu, berupa memberikan perasaan nyaman dan tenang pada pasien dengan mempendengarkan musik2 yang santun. Kalo emang RSNB (RUMAH SAKIT NEGERI YANG ADA DI BANDUNG) ga bisa melakukan hal itu, menurut Saya dengan mereka meberikan suasana yang nyaman, dan membuat pasien tenang. Sudah pasti bisa membuat semua pasien cepet sembuh.

Dan kadang yang suka bikin Saya kesel kalo mereka udh marah2 ama org tua, yang udah mau nenek2. Dengan enaknya di bentak2. Huh, terkukuk pisan. Saya rasa hal ini harus jadi PR untuk piahk RSNB (RUMAH SAKIT NEGERI YANG ADA DI BANDUNG) untuk memberikan pelatihan tata cara menghadapi pasien, agar bisa mengenal dasar-dasar sifat pisikologi manusia. Ya, mungkin Saya tahu mereka semua akan beralasan karena banyaknya pasien yang tidak mengerti, susah dikasih tau, dan sebagainya (itulah alesan akan selalu ada :). Tapi yang namanya ketidak tahuan manusia disebabkan karena tidak adanya informasi atau informasi yang diberikan tidak cukup. Ya, yang tidak lain karena salah dalam proses penyampaiannya.
Memang tidak mudah untuk merubah semuanya seperti membalikan tangan. Tapi semua itu akan mudah di balikan ketika tangan kita menyentuh tai kotok. So, Menurut Saya jangan menunggu tekena tai kotok dulu untuk merubah semuanya. Yang seharusnya kita sebisa mungkin melangkah dengan harapan tidak akan mengakibatkan munculnya tai kotok secara tiba-tiba. (maaf jika perbandingannya kurang tepat, tapi itu yang terlintas dalam pikiran saya :)

Jika memang perusahaan swasta selalu bisa lebih senyum,sapa,santun.
Bukan tidak mungkin suatu saat nanti ketika perusahaan swasta bisa meberikan biaya yang murah juga. orang akan berteriak
“Swasta ku Indonesia tercinta!!”
Bukan,
“Negeri ku Indonesia tercinta”
Jadi, marilah kita intropeksi diri. Karena sayapun berintropeksi diri setelah selesai menulis tulisan ini.

Terimakasih.